Selasa, 28 April 2015

serat optik di indonesia

SERAT OPTIK DI INDONESIA

Meskipun saat ini penggunaan jaringan serat optik di Indonesia jarang terdengar, tetapi jumlah jaringan yang berbasis serat optik terus mengalami perkembangan baik dalam kuantitas maupun kualitas. Contoh penggunaan jaringan serat optik di Indonesia antara lain pada jaringan JUITA (Jaringan Universitas Indonesia Terpadu), INHERENT (Indonesia Higher Education Network), Palapa Ring, dan kabel bawah laut yang menghubungkan Jakarta dengan Batam. Pada makalah ini akan dibahas beberapa contoh penggunaan serat optik di Indonesia, dari segi topologi dan teknologi serat optik yang digunakan.

INHERENT (Indonesia Higher Education Network)
Pada jaringan INHERENT, serat optik digunakan untuk membentuk jaringan yang menghubungkan seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Pada tahap awal, terdapat 33 perguruan tinggi yang menjadi simpul awal pada jaringan INHERENT. Ke 33 perguruan tinggi tersebut antara lain:

Perguruan Tinggi
Kota/Propinsi
1. Universitas Syiah Kuala
2. Universitas Sumatera Utara
3. Universitas Riau
4. Universitas Andalas
5. Universitas Jambi
6. Universitas Sriwijaya
7. Universitas Bengkulu
8. Universitas Lampung
9. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
10. Universitas Indonesia
11. Institut Teknologi Bandung
12. Universitas Gadjah Mada
13. Universitas Diponegoro
14. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
15. Universitas Brawijaya
16. Universitas Udayana
17. Universitas Mataram
18. Universitas Nusa Cendana
19. Universitas Tanjungpura
20. Universitas Lambung Mangkurat
21. Universitas Palangkaraya
22. Universitas Mulawarman
23. Universitas Hasanuddin
24. Universitas Tadulako
25. Universitas Haluoleo
26. Universitas Sam Ratulangi
27. Universitas Negeri Gorontalo
28. Universitas Pattimura
29. Universitas Khairun
30. Universitas Cendrawasih
31. Universitas Negeri Papua
32. Universitas Terbuka
33. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Banda Aceh/NAD
Medan/Sumatera Utara
Pekanbaru/Riau
Padang/Sumatera Barat
Jambi/Jambi
Palembang/Sumatera Selatan
Bengkulu/Bengkulu
Bandar Lampung/Lampung
Tangerang/Banten
Jakarta/DKI
Bandung/Jawa Barat
Yogyakarta/Jogjakarta
Semarang/Jawa Tengah
Surabaya/Jawa Timur
Malang/Jawa Timur
Denpasar/Bali
Mataram/NTB
Kupang/NTT
Pontianak/Kalimantan Barat
Banjarmasin/Kalimantan Selatan
Palangkaraya/Kalimantan Tengah
Samarinda/Kalimantan Timur
Makassar/Sulawesi Selatan
Kendari/Sulawesi Tenggara
Palu/Sulawesi Tengah
Manado/Sulawesi Utara
Gorontalo/Gorontalo
Ambon/Maluku
Ternate/Maluku Utara
Jayapura/Papua
Manokwari/Irian Jaya Barat
Jakarta/DKI
Jakarta/DKI
Tabel . Daftar Perguruan Tinggi yang menjadi simpul jaringan INHERENT (bisa bertambah seiring waktu karena Dikti menggunakan sistem kompetisi untuk bisa tersambung ke Jaringan Inherent)

Perguruan-perguruan tinggi di atas berlaku sebagai simpul lokal di tingkat propinsi. Simpul-simpul lokal diharapkan dapat memfasilitasi sambungan universitas-universitas yang ada di daerahnya.
Sambungan antara universitas-universitas lain dengan simpul lokal pada jaringan INHERENT dapat dilakukan dengan menggunakan topologi star atau bus, tergantung dari lokasi univeristas, dan peralatan yang tersedia. Jenis kabel serat optik yang digunakan adalah serat optik single mode. Serat optik single mode dipilih karena memiliki jarak maksimum tanpa pengulang yang lebih jauh, dan juga karena serat optik single mode sudah mencukupi dari segi kapasitas kanal untuk sambungan antar universitas.
Gambar . Konfigurasi jaringan INHERENT
Pada gambar di atas dapat dilihat konfigurasi dari jaringan INHERENT. Simpul-simpul lokal yang terhubung dengan menggunakan serat optik baru terdapat di pulau Jawa saja. Sedangkan sambungan antara simpul-simpul lokal lainnya dilakukan dengan menggunakan E2 dengan kapasitas 8 Mbps. Khusus untuk daerah Maluku dan Papua sambungan antara simpul-simpul lokal dilakukan melalui satelit atau VSAT (Very Small Aperture Terminal) dengan kapasitas 2 Mbps.
Pada jaringan INHERENT juga terdapat redundant link yang menghubungkan jaringan antar pulau. Redundant link berfungsi sebagai cadangan bila jalur transmisi utama mengalami gangguan. Dengan adanya redundant link sambungan antara simpul-simpul lokal masih dapat dipertahankan, meskipun terjadi gangguan yang besar pada salah satu sambungan utama. Sambungan untuk redundant link juga menggunakan VSAT dengan kapasitas 1 Mbps.

JUITA (Jaringan Universitas Indonesia Terpadu)
Pada jaringan JUITA, jaringan serat optik digunakan untuk menghubungkan seluruh fakultas yang ada di Universitas Indonesia, Depok. Kabel serat optik diletakkan dibawah tanah, dan mengelilingi lingkungan Universitas Indonesia memebentuk topologi ring yang menghubungkan setiap fakultas. Teknologi yang dipakai dalam jaringan ini adalah FDDI (Fiber Distributed Data Interface).
Teknologi FDDI merupakan standar untuk transmisi data pada LAN (Local Area Network) dengan jangkauan mencapai 200 kilometer. FDDI menggunakan dua buah kabel fiber optik yang mentransmisikan data pada arah yang berlawanan. Kabel pertama berfungsi sebagai kabel utama yang digunakan dalam transmisi data dengan kecepatan 100 Mbit/s, sedangkan kabel kedua berfungsi sebagai cadangan bila kabel utama mengalami kerusakan. Tetapi jika jaringan tidak membutuhkan kabel cadangan, kabel kedua dapat digunakan bersamaan dengan kabel utama, dan menambah kapasitas jaringan menjadi 200 Mbit/s.

Palapa Ring
Palapa Ring merupakan kelanjutan dari proyek CSO-N (Cincin Serat Optik Nasional) yang bertujuan untuk membangun jaringan serat optik nasional yang menjangkau 33 propinsi, 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 kilometer, dan kabel daratan sejauh 21.807 kilometer.
Gambar . Skema Cincin Serat Optik Nasional (CSON)
Jaringan Palapa Ring membentuk cincin terintegrasi yang membentang dari Sumatera Utara hingga Papua bagian Barat dengan kapasistas sebesar 300 Gbps sampai 1000 Gbps. Aplikasi yang akan didukung oleh jaringan Palapa Ring sangat beragam, mulai dari pembelajaran jarak jauh, pengobatan jarak jauh, dan siaran TV yang murah ke desa-desa.
Jika dilihat dari kapasitas dan banyaknya aplikasi yang digunakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bagian backbone pada jaringan Palapa Ring akan menggunakan kabel serat optik multimode dengan teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) dan EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier). Kedua teknologi ini dipilih karena memiliki efisiensi kanal yang tinggi, dan mudah untuk dikembangkan jika terdapat aplikasi baru yang ingin diterapkan ke dalam jaringan.

Dari contoh-contoh aplikasi yang telah disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan jaringan serat optik di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Penggunaan jaringan serat optik tidak hanya pada skala LAN saja, tetapi sudah memasuki skala WAN yang mencakup seluruh kepulauan Indonesia. Melihat perkembangan yang pesat ini, maka tidak mengherankan bila dalam waktu singkat aplikasi FTTH (Fiber to the Home) menjadi hal yang umum di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar